GEJALA BAHASA
Gejala bahasa ialah peristiwa yang menyangkut
bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala proses pembentukannya
(Badudu, 1985:47). Gejala bahasa dapat berupa gejala kontaminasi, gejala
pleonase, analogi, metatesis dan beberapa gejala bahasa yang lain. Beberapa
gejala bahasa yang lain itu ternyata banyak ditemukan dan digunakan yaitu
berupa penghilangan fonem (afaresis, sinkop, apokop), penambahan fonem
(protesis, epentesis, paragog), metasis, gejala adaptasi dan kontraksi.
Penutur bahasa yang heterogen membuat bahasa menjadi
beragam dan bervariasi. Bahasa akan terus berkembang dan bervariasi seiring
perkembangan zaman. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan
hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen tetapi perbedaan
pekerjaan, profesi, jabatan atau tugas para penutur pun dapat menyebabkan
adanya variasi bahasa.
Metatesis
artinya pertukaran (urutan atau tempat) fonem di dalam sebuah kata. Jadi gejala
bahasa metatesis ini memperlihatkan pertukaran satu atau beberapa fonem di
dalam sebuah kata. Misalnya: berantas
menjadi banteras, kerikil menjadi kelikir, kaca menjdi acak, milih menjadi limih.
Artinya penyesuaian
kata-kata serapan yang diambil dari bahasa asing berubah bunyinya sesuai dengan
penerimaan pendengaran atau ucapan lidah orang indonesia. Sebagian besar
bentukan kata ini adalah bentukan orang kebanyakan ( rakyat jelata). Misalnya: lobi dari loby(bahasa Inggris), klaim
dari claim(bahasa Inggris), majelis dari majlis (bahasa Arab), akal
dari a’qal (bahasa Arab), karier dari carrier (bahasa Belanda), seluler
dari celluair (bahasa Belanda), sirop dari stroop( bahasa Belanda), riset
dari research ( bahasa Inggris), tapekur dari tafakur
(bahasa Arab), lemari dari almari ( bahasa Portugis).
Artinya penghilangan.
Gejala kontraksi ini memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang
dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem. Misalnya: rembulan menjadi bulan, mahardika menjadi merdeka, matahari menjadi mentari,
tidak ada menjadi tiada, perlahan-lahan menjadi pelan-pelan.
E. Gejala
Penambahan Fonem
Gejala penambahan fonem
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
·
Gejala protesis
adalah penambahan fonem di depan.
Misalnya: mas menjadi emas, lang menjadi elang, sa
menjadi esa .
·
Gejala
epentesis adalah penambahan fonem di tengah.
Misalnya: kapak menjadi kampak, sapu menjadi sampu,
mukin menjadi mungkin, sajak menjadi sanjak.
·
Gejala parogog
adalah penambahan fonem di belakang.
Misalnya: hulubala menjadi hulubalang, sila menjadi
silah, ina menjadi inang.
Gejala penghilangan fonem juga dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu: penghilangan fonen pada awal kata disebut afaresis,
penghilangan fonem di tengah kata disebut sinkop, penghilangan fonem di akhir
kata disebut apokop.
Contoh:
·
Gejala afaresis: umaju menjadi maju, umudik menjadi mudik, memang menjadi emang,
saja menjadi aja, menaruh menjadi naruh,umundur menjadi mundur, mundur (-um
adalah sisipan, tetapi kata dasar berawalan vokal, maka sisipan ditempatkan di
depan seperti awalan).
·
Gejala sinkop: bahasa
menjadi basa, sahaya menjadi saya, kelemarin menjadi kemarin.
·
Gejala apakop: eksport
menjadi ekspor, import menjadi impor, kontakt menjadi kontak, tidak menjadi tida (dialek).