Tuesday, November 29, 2016

Gejala Bahasa



GEJALA BAHASA

A. Pengertian Gejala Bahasa Indonesia

Gejala bahasa ialah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala proses pembentukannya (Badudu, 1985:47). Gejala bahasa dapat berupa gejala kontaminasi, gejala pleonase, analogi, metatesis dan beberapa gejala bahasa yang lain. Beberapa gejala bahasa yang lain itu ternyata banyak ditemukan dan digunakan yaitu berupa penghilangan fonem (afaresis, sinkop, apokop), penambahan fonem (protesis, epentesis, paragog), metasis, gejala adaptasi dan kontraksi.
Penutur bahasa yang heterogen membuat bahasa menjadi beragam dan bervariasi. Bahasa akan terus berkembang dan bervariasi seiring perkembangan zaman. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen tetapi perbedaan pekerjaan, profesi, jabatan atau tugas para penutur pun dapat menyebabkan adanya variasi bahasa.

B. Gejala Bahasa Metatesis

Metatesis artinya pertukaran (urutan atau tempat) fonem di dalam sebuah kata. Jadi gejala bahasa metatesis ini memperlihatkan pertukaran satu atau beberapa fonem di dalam sebuah kata. Misalnya: berantas menjadi banteras, kerikil menjadi kelikir, kaca menjdi acak, milih menjadi limih.

C. Gejala Bahasa Adaptasi

Artinya penyesuaian kata-kata serapan yang diambil dari bahasa asing berubah bunyinya sesuai dengan penerimaan pendengaran atau ucapan lidah orang indonesia. Sebagian besar bentukan kata ini adalah bentukan orang kebanyakan ( rakyat jelata). Misalnya: lobi dari loby(bahasa Inggris), klaim dari claim(bahasa Inggris), majelis dari majlis (bahasa Arab), akal dari a’qal (bahasa Arab), karier dari carrier (bahasa Belanda), seluler dari celluair (bahasa Belanda), sirop dari stroop( bahasa Belanda), riset dari research ( bahasa Inggris), tapekur  dari tafakur (bahasa Arab), lemari dari almari  ( bahasa Portugis).

D. Gejala Bahasa Kontraksi

 Artinya penghilangan. Gejala kontraksi ini memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem. Misalnya: rembulan menjadi bulan, mahardika menjadi merdeka, matahari menjadi mentari, tidak ada menjadi tiada, perlahan-lahan menjadi pelan-pelan.

E. Gejala Penambahan Fonem

Gejala penambahan fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
·         Gejala protesis adalah penambahan fonem di depan.
Misalnya: mas menjadi emas, lang menjadi elang, sa menjadi esa .
·         Gejala epentesis adalah penambahan fonem di tengah.
Misalnya: kapak menjadi kampak, sapu menjadi sampu, mukin menjadi mungkin, sajak menjadi sanjak.
·         Gejala parogog adalah penambahan fonem di belakang.
Misalnya: hulubala menjadi hulubalang, sila menjadi silah, ina menjadi inang.

F. Gejala Penghilangan Fonem

Gejala penghilangan fonem juga dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: penghilangan fonen pada awal kata disebut afaresis, penghilangan fonem di tengah kata disebut sinkop, penghilangan fonem di akhir kata disebut apokop.
Contoh:
·        Gejala afaresis: umaju menjadi maju, umudik menjadi mudik, memang menjadi emang, saja menjadi aja, menaruh menjadi naruh,umundur menjadi mundur, mundur (-um adalah sisipan, tetapi kata dasar berawalan vokal, maka sisipan ditempatkan di depan seperti awalan).
·        Gejala sinkop: bahasa menjadi basa, sahaya menjadi saya, kelemarin menjadi kemarin.
·        Gejala apakop: eksport menjadi ekspor, import menjadi impor, kontakt menjadi kontak, tidak menjadi tida (dialek).

No comments: